pura tirta empul
menyegarkan pikiran dengan air suci tirta empul....
Tirta Empul - Tampaksiring terletak di desa Manukaya, Tampaksiring, Gianyar, Bali . Di kawasan ini juga ada Istana Presiden yang dibangun setelah Indonesia merdeka, yang terletak di Desa Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Bali. Terletak di kabupaten Gianyar, bali, merupakan satu-satunya Istana Kepresidenan yang di bangun setelah Indonesia Merdeka, sedangkan kelima Istana lainnya di Indonesia di bangun sejak jaman kolonialisme Belanda.
Tirta Empul merupakan salah satu situs peninggalan sejarah kerjaaan di Bali yang hingga kini masih tetap berkembang. Bagi wisatawan yang ingin merasakan, kesegaran air di Istana Tampaksiring, dapat mandi, menyegarkan diri di kolam renang yang bernama Tirta Empul. Dalam sejarahnya nama pura ini diambil dari nama mata air
yang terdapat dibagian dalam pura yang bernama Tirta Empul. Jika di telaah dengan cermat dan secara etimologi nama Tirta Empul memiliki arti air yang menyembul atau keluar dari dalam tanah sehingga memiliki arti bahwa air tersebut adalah air suci yang menyembur keluar dari tanah.
Air di pura ini mengalir ke sungai Pakerisan. Pura ini
diperkirakan dibangun sejak zaman Raja Chandra Bhayasingha dari Dinasti
Warmadewa. Pura ini dibagi menjadi tiga bagian yakni Jaba Pura atau halaman
muka, Jaba Tengah atau halaman tengah, dan Jeroan atau bagian dalam pura. Di
bagian tengah pura ini terdapat dua buah kolam persegi empat dimana kolam
tersebut memiliki sekitar 30 buah pancuran yang berderet dari timur ke barat
menghadap ke selatan. Masing–masing pancuran itu menurut tradisi mempunyai nama
tersendiri diantaranya pancuran Pengelukatan, Pebersihan, Sudamala dan Pancuran
Cetik (racun).
Pancuran Cetik dan nama Tirta Empul ada hubungannya dengan
mitologi yaitu pertempuran Mayadenawa Raja Batu Anyar (Bedahulu) dengan Bhatara
Indra. Dalam mitologi itu diceritakan bahwa Raja Mayadenawa bersikap
sewenang–wenang dan tidak mengijinkan rakyat untuk melaksanakan upacara–upacara
keagamaan untuk mohon keselamatan dari Tuhan Yang Maha Esa.
Setelah perbuatan itu diketahui oleh Para Dewa, maka para
dewa yang dikepalai oleh Bhatara Indra menyerang Mayadenawa. Akhirnya
Mayadenawa dapat dikalahkan dan melarikan diri sampailah disebelah Utara Desa
Tampak siring. Akibatnya kesaktian Mayadenawa menciptakan sebuah mata air Cetik
(racun) yang mengakibatkan banyaknya para laskar Bhatara Indra yang gugur
akibat minum air tersebut. Melihat hal ini Bhatara Indra segera menancapkan
tombaknya dan memancarkan air keluar dari tanah (Tirta Empul) dan air Suci ini
dipakai memerciki para Dewa sehingga tidak beberapa lama bisa hidup lagi
seperti sedia kala.
View pura tirta empul in a larger map
No comments